PENEMU OPTIK PERTAMA
Pendahuluan
Optika adalah cabang fisika yang
menggambarkan perilaku dan sifat cahaya dan interaksi cahaya dengan materi. Kata optik berasal
dari bahasa Latin ὀπτική, yang berarti tampilan. Bidang optika biasanya
menggambarkan sifat cahaya tampak, inframerah dan ultraviolet,
tetapi karena cahaya adalah
gelombang elektromagnetik, gejala yang
sama juga terjadi di sinar-X, gelombang
mikro, gelombang radio, dan bentuk lain dari radiasi elektromagnetik dan juga
gejala serupa seperti pada sorotan partikel muatan (charged
beam). Optik secara umum dapat dianggap sebagai bagian dari keelektromagnetan.
Beberapa gejala optis bergantung pada sifat kuantum cahaya yang terkait dengan
beberapa bidang optika hingga mekanika
kuantum. Dalam prakteknya, kebanyakan dari gejala optis dapat dihitung
dengan menggunakan sifat elektromagnetik dari cahaya.
Alat-alat Optik
Dalam kehidupan sehari-hari peranan optik tidak akan lepas bahkan bisa
dibilang optik sendiri telah menyatu dalam kehidupan dewasa ini dan
penggunaannya menjadi amat vital untuk sabagian orang lalu apa saja
produk dari optik ini? ada banyak produk hasil dari keilmuan cabang
fisika yang satu ini diantaranya adalah : Lup, mikroskop, kamera,
teleskop, kaca mata, proyektor, periskop, dan masih banyak lagi.
Ibnu Haitham
Banyak manfaat yang kita rasakan dalam penerapan optik dalam kehidupan
kita dan banyak pula pihak yang mengklaim sebagai penemunya, dari semua
itu siapa sebenarnya penemu awal dari bidang keilmuan optik ini, tidak
lain dia adalah Abu Ali Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham (Bahasa
Arab:ابو علی، حسن
بن حسن بن الهيثم)
atau Ibnu Haitham (Basra,965 - Kairo 1039), dibarat lebih
dikenal dengan nama Alhazen. Adalah seorang ilmuwan Islam yang ahli
dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan,
dan filsafat.
Ia banyak pula melakukan penelitian mengenai cahaya, dan telah
memberikan banyak inspirasi pada ahli sains barat, seperti Roger Bacon,
dan Kepler dalam
menciptakan mikroskop serta teleskop.
Sejarah
Masa ilmuwan-ilmuwan Islam
Sejarah telah membuktikan betapa dunia Islam telah
melahirkan banyak sarjana dan ilmuwan yang sangat hebat dalam bidang falsafah, sains, politik,
kesusasteraan, kemasyarakatan, agama, pengobatan, dan sebagainya. Salah satu ciri yang dapat
dilihat pada para tokoh ilmuwan Islam ialah
mereka tidak sekedar dapat menguasai ilmu tersebut pada usia yang muda, tetapi
dalam masa yang singkat dapat menguasai beberapa bidang ilmu secara bersamaan.
Walaupun Haytham lebih dikenal dalam bidang sains dan
pengobatan, tetapi dia juga ahli dalam bidang agama, falsafah, dan
astronomi. Salah seorang dari tokoh tersebut ialah Ibnu Haitham atau Abu
All Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham.
Perjalanan hidup
Dikalangan cendikiawan Barat, Haytham dikenal dengan nama Alhazen.
Ibnu Haitham dilahirkan di Basrah pada tahun 354H atau 965 Masehi. Ia memulai
pendidikan awalnya di Basrah sebelum diangkat menjadi pegawai pemerintah
ditempat kelahirannya. Setelah beberapa lama bekerja dipemerintahan, Haytham
perki ke Ahwaz dan Mesir diperjalanan
ke Ahwaz, Haytham menghasilkan beberapa karya tulis yang luarbiasa.
Kecintaannya kepada ilmu pengetahuan, telah membawanya
berhijrah ke Mesir.
Selama di Mesir Haytham melakukan beberapa penyelidikan mengenai aliran Sungai Nil serta menyalin
buku-buku mengenai matematika dan falak. Tujuannya
adalah untuk mendapatkan uang cadangan dalam menempuh perjalanan menuju Universitas Al-Azhar.
Haytham telah menjadi seorang yang mahir dalam bidang sains,
falak, matematika, geometri, pengobatan, dan falsafah. Tulisannya mengenai cara
kerja mata manusia, telah menjadi salah satu rujukan yang penting dalam bidang
kajian sains di Barat. Teorinya mengenai pengobatan mata masih digunakan hingga
saat ini diberbagai Universitas di seluruh dunia.
Karya dan penelitian
Sains
Ibnu Haitham merupakan ilmuwan yang gemar melakukan
penyelidikan. Penyelidikannya mengenai cahaya telah memberikan ilham kepada
ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler mencipta mikroskop serta
teleskop. Ibnu Haitham merupakan orang pertama yang menulis dan menemukan berbagai data
penting mengenai cahaya.
Beberapa buah buku mengenai cahaya yang ditulisnya telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, antara lain Light dan On Twilight
Phenomena. Kajiannya banyak membahas mengenai senja dan lingkaran cahaya di
sekitar bulan dan matahari serta bayang-bayang dan gerhana.
Menurut Ibnu Haitham, cahaya fajar bermula apabila matahari
berada di garis 19 derajat di ufuk timur. Warna merah pada senja pula akan
hilang apabila matahari berada di garis 19 derajat ufuk barat. Dalam
kajiannya, beliau juga telah berhasil menghasilkan kedudukan cahaya seperti
bias cahaya dan pembalikan cahaya.
Ibnu Haitham juga turut melakukan percobaan terhadap kaca
yang dibakar, dan dari situ ditemukanlah teori lensa pembesar. Teori itu telah
digunakan oleh para ilmuwan di Itali untuk menghasilkan kaca pembesar yang
pertama di dunia.
Yang lebih menakjubkan ialah Ibnu Haitham telah menemui
prinsip isi padu udara sebelum seorang ilmuwan yang bernama Trricella yang
mengetahui perkara itu 500 tahun kemudian. Ibnu Haitham juga telah menemukan
kewujudan tarikan gravitasi sebelum Issaac Newton mengetahuinya. Selain itu,
teori Ibnu Haitham mengenai jiwa manusia sebagai satu rentetan perasaan yang
bersambung-sambung secara teratur telah memberikan ilham kepada ilmuwan barat
untuk menghasilkan wayang gambar. Teori beliau telah membawa kepada penemuan
film yang kemudiannya disambung-sambung dan dimainkan kepada para penonton
sebagaimana yang dapat kita lihat pada masa kini.
Filsafat
Selain sains, Ibnu Haitham juga banyak menulis mengenai
falsafah, logik, metafizik, dan persoalan yang berkaitan dengan keagamaan. Ia
turut menulis ulasan dan ringkasan terhadap karya-karya sarjana terdahulu.
Penulisan falsafahnya banyak tertumpu kepada aspek kebenaran
dalam masalah yang menjadi pertikaian. Padanya pertikaian dan pertelingkahan
mengenai sesuatu perkara berpuncak daripada pendekatan yang digunakan dalam
mengenalinya.
Beliau juga berpendapat bahawa kebenaran hanyalah satu. Oleh
sebab itu semua dakwaan kebenaran wajar diragui dalam menilai semua pandangan
yang sedia ada. Jadi, pandangannya mengenai falsafah amat menarik untuk
disoroti.
Bagi Ibnu Haitham, falsafah tidak boleh dipisahkan daripada
matematik, sains, dan ketuhanan. Ketiga-tiga bidang dan cabang ilmu ini harus
dikuasai dan untuk menguasainya seseorang itu perlu menggunakan waktu mudanya
dengan sepenuhnya. Apabila umur semakin meningkat, kekuatan fizikal dan mental
akan turut mengalami kemerosotan.
Karya
Ibnu Haitham membuktikan pandangannya apabila beliau begitu
ghairah mencari dan mendalami ilmu pengetahuan pada usia mudanya. Sehingga kini
beliau berhasil menulis banyak buku dan makalah.
Di antara buku hasil karyanya:
-Al'Jami' fi Usul al'Hisab yang mengandungi teori-teori ilmu
metametik dan metametik penganalisaannya.
-Kitab al-Tahlil wa al'Tarkib mengenai ilmu geometri.
-Kitab Tahlil ai'masa il al 'Adadiyah tentang algebra.
-Maqalah fi Istikhraj Simat al'Qiblah yang mengupas tentang
arah kiblat bagi segenap rantau.
-M.aqalah fima Tad'u llaih mengenai penggunaan geometri dalam
urusan hukum syarak dan
Risalah fi Sina'at al-Syi'r mengenai teknik penulisan puisi.
Sumbangan Ibnu Haitham kepada ilmu sains dan filsafat amat
banyak. Kerana itulah Ibnu Haitham dikenali sebagai seorang yang miskin dari
segi material tetapi kaya dengan ilmu pengetahuan. Beberapa pandangan dan
pendapatnya masih relevan hingga saat ini.
Walau bagaimanapun sebahagian karyanya lagi telah
"dicuri" oleh ilmuwan Barat tanpa memberikan penghargaan yang patut
kepada beliau. Tapi sesungguhnya, barat patut berterima kasih kepada Ibnu
Haitham dan para sarjana Islam karena tanpa mereka kemungkinan dunia Eropa masih
diselubungi kegelapan.
Kajian Ibnu Haitham telah menyediakan landasan kepada
perkembangan ilmu sains dan pada masa yang sama tulisannya mengenai falsafah
telah membuktikan keaslian pemikiran sarjana Islam dalam bidang ilmu tersebut
yang tidak lagi terbelenggu oleh pemikiran filsafat Yunani.
Sumber: id.wikipedia.org